Aku berjalan, beriringan denganmu. Tangan kita masih sama-sama menggenggam. Tapi tidak dengan cara yang sama, tidak seperti dulu, sebelum ada duri di dalam genggaman kita. Kita mengangkat kaki lalu berpijak kembali pada langkah dusta yang terbungkus kepalsuan jiwa. Tapi ini bukan aku. Dan sepertinya bukan kamu juga. Lalu siapa? Kenapa bukan kita? Kenapa begitu? Tanyakan padaku, lalu aku akan bertanya kembali kepadamu. Karena sebenarnya tidak semua pertanyaan memiliki jawaban. mungkin jawaban itu tersembunyi dibalik hati kita dan enggan untuk menjelma menjadi kata-kata. Kemana perginya jawab itu? ada yang tau? apa kamu tau? kenapa tak semua jawab dapat terpapar jelas didepan mata kita? Aku yakin hati kita sudah menelaah pertanyaan yang kita tanyakan pada hati kita masing-masing. Tapi kenapa hati kita masih juga terdiam saat itu? bahkan tak bergetar sedikitpun. Aku yakin hati kita mengerti, mungkin dusta telah merajai dan menggenggam apa yang telah menjadi rasa sakit dibalik kesenangan. Atau mungkin duri telah menjelma menjadi sebuah kapas saat kita terlelap. Dan kita tak melihat bahwa itu adalah duri yang selama ini menyakiti kita.Akankah kita menggenggam duri lagi? akankah kita menginjak duri yang sama? apa kita lupa jika duri itu menyakitkan? Sampai kita menginjak duri untuk yang kesekian kalinya. Aku ingin kita kembali merasakan sakit. bukan aku ingin menginjak duri lagi. Aku hanya ingin kita ingat kembali jika duri itu menyakitkan hingga kita tak menginjaknya lagi!
syeeeeeeeeel :'
BalasHapuskenapaaaaaaaaaa lil?
BalasHapus